PENTAS SENI

Penampilan nyambai Persembahan Siswa-Siswi SD Negeri 3 Kota Besi Dalam Rangka Turut Memeriahkan Festival Sekala Bekhak Ke-9 Tahun 2023 Di Lamban Pancasila Way Mengaku Lampung Barat Minggu, 18-Juni-2023

PPDB T.A 2023/2024

Penerimaan Siswa Baru Tahun Ajaran 2023/2024.

Tari Sembah Batin

Penampilan Siswa-Siswi SD NEGERI 3 KOTA BESI Dalam Rangka Peresmian Gedung Lamban Pancasila Lampung Barat

Foto Bersama Siswa-Siswi Kelas V

Peserta ANBK ( Asesmen Nasional Berbasis Komputer ) Tahun Ajaran 2023.2024

Kegiatan Ekstrakurikuler Sekolah

Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka.

Terima Kasih Sudah Berkunjung

Jumat, 05 November 2010

SEJARAH Jam automatis pertama kali diciptaan Abraham Perrelet 1780. Jam kantung pertama kali diciptakan oleh Peter Henlein di Jerman tahun 1524. Begitu banyak kekurangan dari jam kantung pertama ini, baik dari sisi berat dan pengoperasiannya yang rumit membuatnya menjadi tidaklah praktis digunakan sebagai jam kantung. Mesin yang digunakan masih terbuat dari besi biasa, yang dikemudian hari mengalami kemajuan menggunakan kuningan. Selain itu pada jam kantung pertama ini belum terdapat balance spring dan sangat tidak akurat. Jam ini hanya memiliki satu jarum yaitu jam dan harus diputar dua kali dalam sehari, tetapi 

disamping semua kekurangan itu, hal ini merupakan  
sebuah inovasi dan kemajuan yang sangat pesat pada jamannya.Dikemudian hari penemuan besar di jaman itu adalah per spiral yang bentuknya melingkar seperti obat  nyamuk bakar yang memungkinkan penyimpanan energi yang lebih lama untuk menggerakkan jam, yang juga memungkinkan penurunan secara drastis berat dari jam. Bentuk jam menjadi populer pada tahun 1600-an dengan ada bentuk-bentuk binatang atau objek lain, tetapi tema keagamaan menjadi hal yang populer. Walaupun mengalami beberapa kemajuan, tetapi jam masih lebih dianggap sebagai perhiasaan pada masa itu.
Tahun 1704 batu rubi untuk pertama kali digunakan dalam mesin jam dalam upaya untuk meningkatkan ketepatan waktunya. Tahun 1780 enamel (lapisan cat/porselen) digunakan pada plat permukaan tampilan jamz(dial) sehingga membuatnya lebih mudah telihat pada kondisi minim cahaya. Pada tahun 1780 mesin automatis (energi pada per terisi secara otomatis tanpa harus diputar secara manual)diciptakan oleh Abraham Perrelet (merk Perrelet hingga sekarang masih ada) tapi oleh Thomas Prest dipatenkan di tahun 1820. Pada tahun 1809 di Amerika, produsen jam pertama adalah Luther Goddard of Shrewsbury di Massachussetts. Tahun 1848 Louis Brand membuka tempak kerja jam pertamanya di La Chaux de Fonds yang dikemudian hari kita kenal sebagai merk Omega. Tetapi perusahaan-perusahaan jam di Amerika lah yang melakukan produksi secara massal ditahun 1850 seperti Walthan, Elgin dan Hamilton (semua merk ini hingga sekarang masih ada) Tahun 1900-an kemajuan pesat dalam ilmu per-logam-an berpengaruh terhadap mutu dari balance spring (per rambut) yang merupakan bagian yang sensitif terhadap perubahan temperatur dan posisi yang sangat berpengaruh terhadap ketepatan jam. Tahun 1905 awal mula Rolex oleh Hans Wilsdorf. Tahun 1914 dibuat untuk pertama kali jam tangan dengan alarm
Tahun 1924 Seiko berdiri di Tokyo

Kamis, 04 November 2010






TRADISI dan MASA DEPAN KEKUATAN SEBUAH KEBUDAYAAN memaknai
Pesta Budaya Sekura di Kabupaten Lampung Barat


Sebuah kebudayaan, sejatinya merupakan kristalisasi pemikiran manusia dari hasil adaptasi, interaksi, pencarian, penjelajajahan, imajinasi, permenungan bahkan kadang-kadang penemuan coba-coba terhadap alam, hubungan sesama manusia, dunia abstrak serta dunia transedensi, kebudayaan diciptakan oleh manusia-manusia kreatif untuk mengatasi, menjelaskan dan menyelesaikan persoalan-persoalan hidupnya berkenaan dengan dunia dimana manusia itu berada. Artinya, sebuah kebudayaan mestinya menjadi sesuatu yang sangat dekat dengan dunia lahir bathin pemiliknya karena ia terbit dan berakar dari persoalan-persoalan setempat. Jika sebuah kebudayaan mampu bertahan dalam rentang waktu yang panjang, niscaya ia memberikan suatu yang dibutuhkan oleh manusia pemiliknya dan sebaliknya kebudayaan tanpa akar yang kokoh hanya akan menjadikan kebingungan dan keterasingan.
SEKURA adalah satu dari sekian bentuk/hasil kebudayaan kuno di Lampung, menilik nukilan-nukilan inskripsi arkeologi, Sekura telah diwariskan oleh para leluhur orang Lampung ketika negara-negara tradisional yang tercatat dalam sejarah belum lagi lahir. Kita kemudian mahfum. Ketika negara-negara tradisional itu runtuh dan berganti dengan negara baru, kebudayaan sekura masih terus bertahan dan menyebar menyatu dengan jiwa masyarakat. Bahkan ketika hasrat membentuk Negara Bangsa yang bernama Indonesia, tidak lagi bisa dibendung, sekura masih terus bertahan dan melanjutkan eksistensinya.
Sedikit di ilustrasikan tentang Pesta Budaya Sekura, Pesta Budaya Sekura adalah Pesta Budaya Tradisional yang dilaksanakan setelah Hari Raya Idul Fitri biasanya mulai dari 1 Syawal sampai 6 atau 7 Syawal setiap hari bergantian dari Pekon ke Pekon yang lain.Pesta Budaya Sekura dalam pandangan secara umum kegiatan ini hampir sama dengan pentas theatre luar ruang dengan pelaku adalah masyarakat, dimana gambaran kegiatan budaya ini adalah identik dengan kemenangan, kebebasan dan kegembiraan sebagai ungkapan jiwa manusia untuk berkreasi dan berekspresi. Sekura dalam kebudayaan ini artinya topeng/penutup wajah (menutup wajah) atau merubah penampilan yang menggambarkan berbagai bentuk sifat dimuka bumi ini tapi dalam pesta sekura ini penggambarannya adalah suasana kegembiraan dan kebebasan berkreasi dan berekspresi dalam kebersamaan berkelompok.
Pesta Budaya Sekura secara definisi merupakan perayaan dan atau ungkapan kegembiraan masyarakat secara bersama-sama dengan bertopeng (menutup wajah) dan merubah penampilan sedemikian rupa yang sifatnya menghibur serta bertujuan utama bersilaturahim yang berpuncak pada panjat pinang secara berkelompok dengan sistim beguai jejama (gotong royong). Sekura secara teknis dibagi 2 kelompok :
SEKURA BETIK (Helau), penampilannya helau (indah) lucu, bersih dan sifatnya sebagai penghibur, dengan menggunakan kaca mata gelap dan semua kostum dari kain panjang dan biasanya penutup kepala menggunakan selindang miwang (kain khas sebutan masyarakat Lampung Barat), kemudian pinggangnya juga dipenuhi gantungan kain panjang, banyak atau sedikitnya kain panjang yang dipakai oleh seorang atau kelompok orang yang sedang bersekura menunjukkan banyak atau sedikitnya Muli yang jadi pengikutnya (dalam Kebotnya/kelompoknya) karena kain panjang yang dipakai oleh Sekura tersebut dahulunya adalah hasil pinjaman dari muli-muli yang ada dalam Jukku/Kebot adatnya. sekura betik labih mengarah pada menghibur penonton dengan tingkah mereka yang bebas berekspresi, sekura betik tidak berhak mengikuti panjat pinang, hanya sebagai penggembira.
SEKURA KAMAK (kotor), memiliki penampilan kotor, bisa disebut sebagai juga sebagai “Sekura Calak”. Kamak (kotor) adalah ciri sekura ini yaitu memakai topeng dari bahan Kayu atau dari bahan-bahan alami (tumbuh-tumbuhan) dan atau terbuat dari bahan-bahan yang jelek/bekas yang membaluri tubuh mereka yang akan menjadikan penampilannya menjadi lebih unik dan kotor dengan pakaian aneh dan lucu. Sekura Kamak berhak memanjat pinang yang telah ditentukan, untuk bersaing dan bekerjasama dalam berkelompok untuk mencapai puncak dan menjadi pemenang.
Kini kita beruntung hidup dan menjadi bagian dari masa dimana batas-batas ruang dan waktu menjadi begitu maya akibat pencapaian ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada masa seperti itu, kita seolah tenggelam dalam aliran deras unsur dan bentuk-bentuk budaya yang akar dan sumbernya antah berantah. Tanpa persikafan bijak dan hati-hati terhadap fenomena seperti itu kita akan hanyut kedalam lautan yang membingungkan dan ironi, ilmu pengetahuan dan teknologi yang mestinya mempermudah dan mensejahterakan hidup manusia, bisa berbalik memperbudak dan menghadirkan bencana. Politik yang sedianya menjadi jalan mencapai tujuan bersama, bisa terdistorsi menjadi lahan perebutan dengan mengorbankan kebersamaan. Lampung Barat menyimpan segala potensi bagi sebuah kebangkitan menyongsong masa depan dengan berpijak pada tradisi yang berakar dalam.
Pesta Budaya Sekura diharapkan bisa menjadi sebuah gerakan kebudayaan dan meneteskan inspirasi untuk lahirnya gerakan-gerakan kebudayaan yang lebih besar dan menyeluruh. Pesta Budaya Sekura moga-moga bisa menjadi salah satu titik berangkat bagi pemaknaan kehidupan kreatifitas, moralitas, nilai-nilai sosial, budaya dan kemanusian dalam cara-cara yang kreatif dan berwawasan kedepan, intelektualitas tanpa kreatifitas hanya akan membawa suatu bangsa menempati posisi pengekor bukan pelopor. Kekinian adalah sejarah yang berjalan, sebuah tradisi membangun. Penetapan ikon sekura pada core event berskala nasional Festival Krakatau Provinsi Lampung 2 tahun terakhir ini sebagai dorongan dalam berkreasi merupakan langkah kreatif. Tentunya diharapkan juga kemunculan ide-ide baru sejenis yang tujuan pokoknya adalah menggali dan melestarikan seni budaya warisan leluhur, tidak kalah pentingnya Pesta Budaya Sekura akan membantu masyarakat dalam memahami berbagai nilai seni budaya masyarakat Lampung dan masa lalu, masa kini dan masa-masa mendatang. Kebudayaan dalam masyarakat tradisional mempunyai posisi, fungsi dan pemaknaan yang lekat dengan kebutuhan, akan estetika, etika, spritualitas, identifikasi, komunalitas dan juga ekonomi.
Sekura dalam perkembangannya mengalami reduksi fungsi sehingga terus menerus hingga berjarak dengan masyarakatnya. Bukankan kekinian adalah sejarah yang berjalan, sebuah tradisi yang membangun? Tidak hanya mempresentasikan sebuah bentuk seni/kebudayaan yang disikapi sebagai tontonan belaka, oleh karena itu disini diharapkan masyarakat dapat terlibat langsung dengan mengekspresikan gagasan tentang SEKURA supaya dianggap penting oleh masyarakat sehingga muncul gagasan-gagasan dari masyarakat untuk terlibat dalam kreasi seni, maka pembayangan sekura dimasa depan akan lebih nyata dan terbaca kemungkinan-kemungkinannya. Pesta Budaya Sekura diharapkan bukan hanya perhelatan dan pesta budaya belaka namun juga untuk kembali menggali spirit sekura dalam memory kolektif masyarakat.
Mungkin ini hanya sebuah daya kejut kepada masyarakat namun diharapkan mempunyai dampak yang signifikan untuk mengembalikan identitas atau alternatif identitas di era sekarang yang cenderung menuju kebudayaan yang instant dan seragam. Harapan terbesar tujuan utama dari Pesta Budaya Sekura adalah Sebagai sprit sumber penciptaan seni kekinian yang multi dimensional agar menjadi warisan generasi mendatang.
Sumber: http://se-canggu.blog.friendster.com/

Sejarah Suku Bangsa/Etnis Lampung

Asal usul bangsa Lampung adalah dari Sekala Brak yaitu sebuah Kerajaan yang letaknya di dataran Belalau, sebelah selatan Danau Ranau yang secara administratif kini berada di Kabupaten Lampung Barat. Dari dataran Sekala Brak inilah bangsa Lampung menyebar ke setiap penjuru dengan mengikuti aliran Way atau sungai-sungai yaitu Way Komring, Way Kanan, Way Semangka, Way Seputih, Way Sekampung dan Way Tulang Bawang beserta anak sungainya, sehingga meliputi dataran Lampung dan Palembang serta Pantai Banten. Sekala Brak memiliki makna yang dalam dan sangat penting bagi bangsa Lampung. Ia melambangkan peradaban, kebudayaan dan eksistensi Lampung itu sendiri. Bukti tentang kemasyuran kerajaan Sekala Brak didapat dari cerita turun temurun yang disebut warahan, warisan kebudayaan, adat istiadat, keahlian serta benda dan situs seperti tambo dan dalung seperti yang terdapat di Kenali, Batu Brak dan Sukau. Kata LAMPUNG sendiri berawal dari kata Anjak Lambung yang berarti berasal dari ketinggian ini karena para puyang Bangsa Lampung pertama kali bermukim menempati dataran tinggi Sekala Brak di lereng Gunung Pesagi.

Dilereng Gunung Pesagi didapati situs seperti batu batu bekas Negeri atau Pekon kuno, tapak bekas kaki, pelataran peradilan dan tempat eksekusi, serta Prasasti yang terpahat pada batuan. Dari sebuah batu yang bertarikh 966 Caka yang terdapat di Bunuk Tenuar Liwa, ternyata telah ada suku bangsa yang beragama Hindu telah menjadi penghuni didataran Lampung. Didalam rimba rimba ditemukan parit parit dan jalan jalan bekas Zaman Hindu bahkan pada perkebunan tebu terdapat batu batu persegi dan diantaranya didapat batuan berukir yang merupakan puing candi.

Tafsiran para ahli purbakala seperti Groenevelt, L.C.Westernenk dan Hellfich didalam menghubungkan bukti bukti memiliki pendapat yang berbeda beda namun secara garis besar didapat benang merah kesamaan dan acuan yang tidak diragukan didalam menganalisa bahwa Sekala Brak merupakan cikal bakal bangsa Lampung. Dalam catatan Kitab Tiongkok kuno yang disalin oleh Groenevelt kedalam bahasa Inggris bahwa antara tahun 454 dan 464 Masehi disebutkan kisah sebuah Kerajaan Kendali yang terletak diantara pulau Jawa dan Kamboja. menurut catatan kitab, masyarakat Kendali ini mempunyai adat istiadat yang sama dengan bangsa Siam dan Kamboja. Baginda dari Kendali-Sapanalanlinda mengirimkan seorang utusan yang bernama Taruda ke negeri Tiongkok dengan membawa hadiah emas dan perak, utusan yang demikian dikirim berturut turut hingga abad ke enam.

Menurut L.C. Westenenk nama Kendali ini dapat kita hubungkan dengan Kenali ibukota kecamatan Belalau sekarang. Nama Sapalananlinda itu menurut kupasan dari beberapa ahli sejarah, dikarenakan berhubung lidah bangsa Tiongkok tidak fasih melafaskan kata Sribaginda, ini berarti Sapanalanlinda bukanlah suatu nama. Berdasarkan Warahan dan Sejarah yang disusun didalam Tambo, dataran Sekala Brak tersebut pada awalnya dihuni oleh suku bangsa Tumi yang menganut faham animisme. Suku bangsa ini mengagungkan sebuah pohon yang bernama Belasa Kepampang atau nangka bercabang karena pohonnya memiliki dua cabang besar, yang satunya nangka dan satunya lagi adalah sebukau yaitu sejenis kayu yang bergetah.

Keistimewaan Belasa Kepampang ini bila terkena cabang kayu sebukau akan dapat menimbulkan penyakit koreng atau penyakit kulit lainnya, namun jika terkena getah cabang nangka penyakit tersebut dapat disembuhkan. Karena keanehan inilah maka Belasa Kepampang ini diagungkan oleh suku bangsa Tumi. Diriwayatkan didalam Tambo empat orang Putera Raja Pagaruyung tiba di Sekala Brak untuk menyebarkan agama Islam. Fase ini merupakan bagian terpenting dari eksistensi masyarakat Lampung. Keempat Putera Raja ini masing masing adalah:

Umpu Bejalan Di Way
Umpu Belunguh.
Umpu Nyerupa.
Umpu Pernong.

Umpu berasal dari kata Ampu seperti yang tertulis pada batu tulis di Pagaruyung yang bertarikh 1358 A.D. Ampu Tuan adalah sebutan Bagi anak Raja Raja Pagaruyung Minangkabau. Setibanya di Skala Brak keempat Umpu bertemu dengan seorang Muli yang ikut menyertai para Umpu dia adalah Si Bulan. Di Sekala Brak keempat Umpu tersebut mendirikan suatu perserikatan yang dinamai Paksi Pak yang berarti Empat Serangkai atau Empat Sepakat. Setelah perserikatan ini cukup kuat maka suku bangsa Tumi dapat ditaklukkan dan sejak itu berkembanglah agama Islam di Sekala Brak. Sedangkan penduduk yang belum memeluk agama Islam melarikan diri ke Pesisir Krui dan terus menyeberang ke pulau Jawa dan sebagian lagi ke daerah Palembang.

Dataran Sekala Brak yang telah dikuasai oleh keempat Umpu yang disertai Si Bulan, maka Sekala Brak kemudian diperintah oleh keempat Umpu dengan menggunakan nama PAKSI PAK SEKALA BRAK. Inilah cikal bakal Kerajaan Sekala Brak yang merupakan puyang bangsa Lampung. Kerajaan Sekala Brak mereka bagi menjadi empat Marga atau Kebuayan yaitu: Umpu Bejalan Di Way memerintah daerah Kembahang dan Balik Bukit dengan Ibu Negeri Puncak, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Bejalan Di Way. Umpu Belunguh memerintah daerah Belalau dengan Ibu Negerinya Kenali, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Belunguh. Umpu Nyerupa memerintah daerah Sukau dengan Ibu Negeri Tapak Siring, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Nyerupa Umpu Pernong memerintah daerah Batu Brak dengan Ibu Negeri Hanibung, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Pernong. Sedangkan Si Bulan mendapatkan daerah Cenggiring namun kemudian Si Bulan berangkat dari Sekala Brak menuju kearah matahari hidup. Dan daerah pembagiannya digabungkan ke daerah Paksi Buay Pernong karena letaknya yang berdekatan.

Suku bangsa Tumi yang lari kedaerah Pesisir Krui menempati marga marga Punggawa Lima yaitu Marga Pidada, Marga Bandar, Marga Laai dan Marga Way Sindi namun kemudian dapat ditaklukkan oleh Lemia Ralang Pantang yang datang dari daerah Danau Ranau dengan bantuan lima orang punggawa dari Paksi Pak Sekala Brak. Dari kelima orang punggawa inilah nama daerah ini disebut dengan Punggawa Lima karena kelima punggawa ini hidup menetap pada daerah yang telah ditaklukkannya. Agar syiar agama Islam tidak mendapatkan hambatan maka pohon Belasa Kepampang itu akhirnya ditebang untuk kemudian dibuat PEPADUN. Pepadun adalah singgasana yang hanya dapat digunakan atau diduduki pada saat penobatan SAIBATIN Raja Raja dari Paksi Pak Sekala Brak serta keturunan keturunannya. Dengan ditebangnya pohon Belasa Kepampang ini merupakan pertanda jatuhnya kekuasaan suku bangsa Tumi sekaligus hilangnya faham animisme di kerajaan Sekala Brak. Sekitar awal abad ke 9 Masehi para Saibatin Raja Raja di Sekala Brak menciptakan aksara dan angka tersendiri sebagai Aksara Lampung yang dikenal dengan Had Lampung.Ada dua makna didalam mengartikan kata Pepadun, yaitu:

Dimaknakan sebagai PAPADUN yang maksudnya untuk memadukan pengesahan atau pengakuan untuk mentahbiskan bahwa yang duduk diatasnya adalah Raja. Dimaknakan sebagai PAADUAN yang berarti tempat mengadukan suatu hal ihwal. Maka jelaslah bahwa mereka yang duduk diatasnya adalah tempat orang mengadukan suatu hal atau yang berhak memberikan keputusan. Ini jelas bahwa fungsi Pepadun hanya diperuntukkan bagi Raja Raja yang memerintah di Sekala Brak. Atas mufakat dari keempat Paksi maka Pepadun tersebut dipercayakan kepada seseorang yang bernama Benyata untuk menyimpan, serta ditunjuk sebagai bendahara Pekon Luas, Paksi Buay Belunguh dan kepadanya diberikan gelar Raja secara turun temurun. Manakala salah seorang dari keempat Umpu dan keturunannya memerlukan Pepadun tersebut untuk menobatkan salah satu keturunannya maka Pepadun itu dapat diambil atau dipinjam yang setelah digunakan harus dikembalikan. Adanya bendahara yang dipercayakan kepada Benyata semata mata untuk menghindari perebutan atau perselisihan diantara keturunan keturunan Paksi Pak Sekala Brak dikemudian hari. Pada Tahun 1939 terjadi perselisihan diantara keturunan Benyata memperebutkan keturunan yang tertua atau yang berhak menyimpan Pepadun. Maka atas keputusan kerapatan adat dengan persetujuan Paksi Pak Sekala Brak dan Keresidenan, Pepadun tersebut disimpan dirumah keturunan yang lurus dari Umpu Belunguh hingga sekarang.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kepaksian_Sekala_Brak